Senin, 02 April 2012

JAKARTA, DI MATA “SAYA”


Jakarta, tentunya ibukota dari Indonesia, kota metropolitan tepatnya.
Jika ditanya seperti apa, atau bagaimana keadaan Jakarta tentu kebanyakan orang akan berkata, “Jakarta, siapa sih yang ga tau kotor dan buruknya. . .ditambah lagi kemacetan dan diperparah dengan polusi udara yang menyesakkan pernapasan.” Hal itu lah yang mungkin akan dikatakan oleh kebanyakan orang. Terlepas hal tersebut benar atau tidak. .Wallahualam.
Hal yang juga terkait adalah banyaknya penggusuran lahan tanam, yang kemudian telah disulap menjadi gedung-gedung pencakar langit. Miris sekali tentunya, dan pastinya akan berlanjut terhadap penipisan lapisan ozon.
Banyaknya TPA-TPA yang semakin memprihatinkan, terutama sampah anorganik yang sulit untuk didaur ulang membuat banyak penyakit yang menjangkiti warga terutama di daerah pemukiman kumuh. Ditambah lagi kurangnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, malah semakin menjadi-jadi dengan banyaknya sungai-sungai yang tercemar oleh sampah. Hal itu akan merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Kapan kita bisa sadar dengan tindakan tersebut ?
Tentu jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Namun yang menjadi pembahasan utama bukanlah hal-hal tersebut, karena kita sama-sama tahu bahwa hal tersebut sudah menjadi masalah yang berkepanjangan.
Mari kita mengubah sudut pandang kita, dari hal yang mungkin buruk atau kurang baik tersebut menjadi sesuatu yang terlihat indah bahkan mengesankan.
Seseorang akan tahu sesuatu itu seperti apa tentunya berdasarkan pengalaman, tidak akan tahu hal yang sebenarnya jika tidak melihat atau berinteraksi langsung dengan keadaan yang menjadi objek bagi kita. Artinya kita jangan menelan mentah-mentah informasi yang datang kepada kita, karena kita perlu untuk mencari tahu kebenarannya.
Dengan cara apa kita mencari tahu hal tersebut ?
Tepatnya dengan cara menuju ke TKP secara langsung.
Oke, saya sedikit mengulas hal tersebut supaya kita tahu bahwa dari apa yang kita dengar tidak selalu benar. Namun bukan berarti juga selalu salah.
Jakarta, mindset saya awalnya mungkin sama dengan kebanyakan orang, selalu seperti ini dan itu kelihatannya.
Ternyata apa yang saya bayangkan sebelumnya berbeda dengan keadaan yang saya temukan secara langsung ketika ke sana. Cukup banyak yang berbeda menurut saya, mungkin sampah yang mencemari sungai masih tetap terlihat. Namun bukan berarti sampah bisa dibilang mencirikan Jakarta, tahu kenapa ?
Karena sampah adalah masalah di hampir seluruh wilayah di Indonesia, tidak hanya Jakarta.
“Jakarta itu indah. .”
Setuju atau tidak bukan masalah bagi saya, itulah yang saya tangkap selama di sana.
Hal tersebut dapat terlihat dari keindahan arsitektur bangunan-bangunan yang ada, keindahan yang tersirat dan cukup mengesankan. Terutama sekali ketika saya benar-benar terkesima dengan keindahan dan kemegahan dari bangunan Masjid Istiqlal, terasa menyejukkan hati dan pikiran.
Apalagi bisa sholat di sana dengan banyak jamaah, sungguh pengalaman yang berharga bagi saya. Rasanya ingin berkunjung ke sana lagi.
Mengetahui Monas tidak jauh dari masjid, saya jadikan lokasi tujuan selanjutnya. Semakin terkesan karena sepanjang jalan terlihat asri dengan tumbuhnya pohon-pohon rindang dan bersihnya daerah sekitar. Lagi-lagi membuktikan bahwa Jakarta tidak seperti apa yang saya bayangkan sebelumnya.
Sepertinya tidak perlu saya bahas tentang Monas, karena keadaannya tidak jauh berbeda dengan Masjid Istiqlal, intinya semua mengesankan di mata saya.
Hal-hal tersebut membuat saya mengerti potret dari Jakarta, tempat yang cukup nyaman dengan karakteristiknya yang berbeda dengan daerah-daerah lain di Indonesia.
Inilah gambaran saya tentang Jakarta, bagaimana dengan kalian tentunya kalian sendiri yang menyimpulkan. .

1 komentar:

Komentarnya di tunggu. . .